Izinkan saya menceritakan kembali kunjungan pertama saya ke toko swalayan global beberapa tahun lalu. Saya masuk dengan harapan akan menemukan hal-hal yang biasa: susu, roti, dan beberapa kotak pasta. Namun, yang saya temukan justru deretan rak penuh rempah-rempah India, salsa Meksiko, dan pasta kari Thailand. Saya pun mengambil sebotol gochujang (pasta cabai Korea) secara iseng, membawanya pulang, dan memasak tumisan malam itu. Pengalaman itu sungguh luar biasa—saya berubah dari makan 5 porsi yang sama berulang kali menjadi bereksperimen dengan rasa-rasa yang belum pernah saya coba sebelumnya.
Ternyata, saya tidak sendirian. Selama dekade terakhir, pasar makanan etnik telah meledak—dan tidak melambat. Lebih banyak orang daripada sebelumnya yang meninggalkan hidangan sederhana dan familiar demi cita rasa global yang berani. Entah itu memesan sushi untuk makan siang, membuat taco buatan sendiri untuk makan malam, atau menambahkan harissa ke telur sarapan mereka, makanan etnik telah berubah dari "acara khusus" menjadi "sehari-hari".
Jika Anda penasaran mengapa pasar ini sedang booming, kuliner apa yang sedang merajai, atau apa yang akan terjadi selanjutnya dalam cita rasa global, Anda berada di tempat yang tepat. Mari kita bahas pasar makanan etnik—tanpa jargon, hanya diskusi nyata tentang mengapa kita semua mendambakan lebih banyak hidangan yang terinspirasi dunia.
Pertama: Apa Saja yang Termasuk “Makanan Etnis”?
Sebelum kita mulai, mari kita perjelas dulu: "Makanan etnis" adalah istilah yang luas, dan bisa berarti berbeda-beda tergantung tempat tinggal Anda. Di AS, misalnya, makanan etnis biasanya merujuk pada masakan yang secara tradisional bukan "Amerika" (misalnya Meksiko, Tiongkok, India). Di Eropa, mungkin mencakup hidangan Timur Tengah, Afrika Utara, atau Asia.
Namun pada intinya, makanan etnik adalah tentang keaslian Dan warisan budaya. Ini adalah makanan yang disantap orang-orang di negara asal mereka saat tumbuh dewasa—hidangan yang diwariskan turun-temurun, dibuat dengan bahan dan teknik tradisional. Dan akhir-akhir ini, kita semua mendambakan keaslian itu.
Ambil contoh saya: Dulu saya membeli taco kit siap pakai dari toko swalayan (tahu kan, yang bumbunya hambar). Lalu saya mencoba membuat taco dengan salsa buatan sendiri dan bubuk cabai Meksiko asli yang saya beli dari pasar Latin setempat. Perbedaannya sangat jauh—rasanya lebih kaya dan lebih kompleks, yang terasa seperti berasal dari dapur keluarga, bukan pabrik. Itulah keajaiban makanan etnik: terasa personal.
Mengapa Pasar Makanan Etnis Sedang Booming (3 Alasan Besar)
Pasar makanan etnik tidak hanya tumbuh—tetapi juga bergelombang. Menurut data dari Grand View Research, pasar makanan etnik global bernilai lebih dari $150 miliar pada tahun 2023, dan diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 10% setiap tahun hingga tahun 2030. Lalu mengapa hal ini terjadi? Mari kita uraikan 3 pendorong utamanya:
1. Kita Lebih Terhubung dari Sebelumnya (Berkat Perjalanan dan Media Sosial)
Beberapa dekade lalu, jika Anda ingin mencoba masakan Thailand, Anda harus mencari restoran khusus di kota besar. Sekarang? Anda bisa menonton video TikTok seorang koki Thailand yang sedang memasak kari hijau, memesan bahan-bahannya secara daring, dan memasaknya di rumah malam itu juga.
Perjalanan juga berperan besar. Semakin banyak orang mengunjungi negara-negara seperti Jepang, India, dan Maroko—dan sekembalinya mereka, mereka ingin menciptakan kembali cita rasa yang mereka rasakan di luar negeri. Sepupu saya pergi ke Vietnam tahun lalu, dan sekarang dia membuat phở setiap hari Minggu. Dia bahkan memesan mi beras segar dari toko bahan makanan Asia untuk mendapatkan tekstur autentiknya.
Media sosial semakin memperkuat hal ini. Platform seperti Instagram dan Pinterest penuh dengan resep, rekomendasi restoran, dan tren kuliner dari seluruh dunia. Baru-baru ini saya mencoba membuat bulgogi Korea karena saya melihat video seseorang memasaknya—ternyata, lebih mudah dari yang saya kira, dan keluarga saya menyukainya.
2. Kita Ingin Makanan yang Lebih Sehat dan Lezat (Dan Masakan Etnik Menyediakannya)
Jujur saja: ayam dan brokoli polos cepat sekali membosankan. Kita semua bosan dengan makanan olahan yang membosankan—dan masakan etnik adalah solusinya. Banyak hidangan etnik tradisional yang kaya akan bahan-bahan segar, rempah-rempah, dan nutrisi yang membuatnya sehat sekaligus lezat.
Ambil contoh makanan Mediterania. Makanan ini kaya akan minyak zaitun, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak—semua hal yang kita tahu baik untuk kita. Namun, makanan ini juga kaya rasa: bayangkan bawang putih, oregano, dan lemon. Saya telah mengganti makan siang sandwich saya yang biasa dengan salad Yunani berisi ayam panggang, dan saya merasa lebih berenergi sepanjang hari.
Makanan India adalah contoh bagus lainnya. Hidangan seperti chana masala (kari buncis) tinggi serat dan protein, dan rempah-rempahnya (seperti kunyit dan jintan) juga bermanfaat bagi kesehatan. Dulu saya pikir makanan India "terlalu pedas", tetapi setelah mencoba hidangan yang lebih ringan, saya langsung ketagihan.
3. Toko Kelontong dan Restoran Membuat Makanan Etnis Lebih Mudah Diakses
Beberapa tahun yang lalu, Anda harus berkendara ke pasar khusus untuk menemukan bahan-bahan seperti pasta asam jawa atau asam amino kelapa. Sekarang? Kebanyakan toko swalayan besar (seperti Walmart dan Kroger) memiliki rak khusus yang khusus menjual bahan-bahan etnik. Saya bisa membeli semua yang saya butuhkan untuk membuat kari hijau Thailand—mulai dari serai hingga santan—di toko swalayan terdekat, tanpa perlu perjalanan ekstra.
Restoran juga ikut serta. Jaringan restoran cepat saji seperti Chipotle (Meksiko) dan Sweetgreen (yang menyajikan hidangan bertema global) telah membuat makanan etnik menjadi cepat dan terjangkau. Bahkan restoran cepat saji pun menambahkan pilihan etnik—McDonald's memiliki McSpicy Paneer Burger di India dan Teriyaki Burger di Jepang.
Aksesibilitas ini penting. Ketika makanan etnik mudah ditemukan dan dibuat, lebih banyak orang akan mencobanya—dan terus kembali.
Masakan Apa yang Memimpin Pasar Makanan Etnis?
Tidak semua masakan etnik berkembang dengan kecepatan yang sama. Beberapa di antaranya sedang naik daun saat ini, berkat cita rasanya yang berani, fleksibilitasnya, dan manfaat kesehatannya. Berikut 5 masakan teratas yang mendorong pasar di tahun 2024:
1. Masakan Asia (Cina, Jepang, Korea, Thailand)
Makanan Asia telah populer selama beberapa dekade, tetapi masih menjadi yang terdepan. Makanan Cina adalah makanan pokok di AS—siapa yang belum pernah memesan ayam Jenderal Tso untuk dibawa pulang? Namun belakangan ini, semakin banyak orang yang mencari autentik Makanan Cina, bukan hanya versi Amerikanya. Saya mencoba dim sum pertama kali tahun lalu, dan sekarang saya pergi ke sana setiap bulan—pangsit kukus dan siu mai adalah favorit saya.
Makanan Jepang (seperti sushi dan ramen) juga sedang naik daun. Dulu sushi dianggap "mewah", tetapi sekarang Anda bisa menemukannya di toko swalayan dan restoran cepat saji. Saya suka makan sushi gulung untuk makan siang—cepat, sehat, dan lezat.
Makanan Korea adalah segmen kuliner Asia yang paling cepat berkembang. Hidangan seperti bibimbap (semangkuk nasi campur) dan kimchi jjigae (semur kimchi) semakin populer karena pedas, gurih, dan mudah disesuaikan. Saya bahkan sudah mulai membuat kimchi sendiri di rumah—terima kasih kepada tutorial YouTube!
2. Masakan Meksiko dan Amerika Latin
Makanan Meksiko hampir sama. Taco, burrito, dan enchilada memang sudah menjadi favorit Amerika, tetapi kini kita melihat lebih banyak hidangan regional Meksiko (seperti mole Oaxaca dan cochinita pibil Yucatecan) di restoran dan toko swalayan.
Masakan Amerika Latin seperti Peru dan Brasil juga sedang naik daun. Ceviche Peru (ikan mentah yang direndam dalam air jeruk nipis) terasa ringan dan segar—cocok untuk musim panas. Feijoada Brasil (semur kacang hitam dengan daging babi) terasa lezat dan kaya rasa—cocok untuk malam yang dingin. Saya mencoba feijoada di sebuah restoran musim dingin lalu, dan sejak itu saya terus mencoba membuatnya kembali (saya masih berusaha membuat kacang yang sempurna!).
3. Masakan Timur Tengah dan Afrika Utara
Makanan Timur Tengah sedang naik daun—dan ada alasannya. Hidangan seperti hummus, falafel, dan shawarma lezat, sehat, dan mudah disantap saat bepergian. Saya suka menyantap semangkuk hummus untuk makan siang—yang berisi sayuran, tahini, dan roti pita.
Masakan Afrika Utara seperti Maroko dan Tunisia juga semakin populer. Tagine Maroko (semur daging dan sayuran yang dimasak perlahan) harum dengan rempah-rempah seperti kayu manis dan jintan. Saya membuat tagine ayam bulan lalu, dan rumah saya tetap harum selama berhari-hari.
4. Masakan India
Masakan India dikenal dengan rempah-rempahnya yang kuat dan cita rasa yang kompleks—dan popularitasnya semakin mendunia. Semakin banyak orang yang beralih dari ayam mentega ke hidangan seperti biryani (nasi berbumbu dengan daging atau sayuran) dan dosa (crepe beras fermentasi).
Salah satu pendorong terbesar pertumbuhan kuliner India adalah pilihan vegetarian dan vegan. Hidangan seperti chana masala dan baingan bharta (kari terong panggang) sangat cocok untuk para vegetarian. Saya punya teman vegan yang menyukai kuliner India—katanya, India adalah salah satu dari sedikit kuliner yang selalu ia nikmati.
5. Masakan Mediterania
Makanan Mediterania memang populer karena manfaat kesehatannya, tetapi kini juga semakin populer karena cita rasanya. Hidangan Yunani, Italia (ya, Italia dianggap etnis di banyak belahan dunia!), dan Lebanon semuanya sedang naik daun.
Salad Yunani, moussaka (hidangan berlapis terong dan daging), dan spanakopita (pai bayam dan keju feta) semuanya digemari banyak orang. Saya suka membuat salad Yunani di rumah—mudah, segar, dan tidak perlu dimasak (cocok untuk malam-malam yang sibuk).
Apa Masa Depan Pasar Makanan Etnis? (Tren 2024)
Pasar makanan etnik tidak melambat—dan tahun 2024 menghadirkan beberapa tren menarik. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Makanan Etnis “Fusion” (Mencampur Budaya untuk Menciptakan Cita Rasa Baru)
Makanan fusi memang bukan hal baru, tetapi semakin kreatif. Bayangkan taco Korea-Meksiko (dengan kimchi dan bulgogi), pasta India-Italia (dengan bubuk kari dan paneer), atau sushi Jepang-Prancis (dengan foie gras dan minyak truffle).
Bulan lalu saya mencoba taco Korea-Meksiko di truk makanan, dan rasanya luar biasa—kimchi pedasnya berpadu sempurna dengan bulgogi yang empuk. Makanan fusi memungkinkan para koki berkreasi, dan memperkenalkan orang-orang pada kombinasi rasa baru yang mungkin belum pernah mereka coba sebelumnya.
2. Hidangan Etnis Berbasis Nabati (Lebih Banyak Pilihan Vegan dan Vegetarian)
Seiring semakin banyak orang mengadopsi pola makan nabati, merek makanan dan restoran etnik menambahkan lebih banyak pilihan vegan dan vegetarian. Restoran India memimpin (mereka sudah memiliki banyak hidangan nabati), tetapi masakan lain juga mulai menyusul.
Misalnya, restoran Meksiko sekarang menawarkan taco vegan dengan nangka atau tahu, dan restoran Timur Tengah menawarkan shawarma vegan dengan seitan. Saya mencoba taco nangka vegan minggu lalu, dan saya bahkan tidak bisa membedakannya dengan daging—rasanya juicy dan lezat.
3. Perlengkapan Etnis “Gaya Rumahan” (Membuat Hidangan Autentik di Rumah)
Toko kelontong kini menjual "paket makanan etnik" yang memudahkan Anda memasak hidangan autentik di rumah. Paket ini dilengkapi bahan-bahan yang telah diukur dan petunjuk langkah demi langkah—cocok untuk pemula.
Saya membeli kit ayam mentega India bulan lalu, dan ternyata sangat mudah dibuat. Sausnya kaya rasa dan kaya rasa, dan rasanya persis seperti ayam mentega dari restoran favorit saya. Kit ini menghilangkan keraguan dalam memasak makanan etnis, sehingga lebih mudah diakses bagi mereka yang ragu untuk mencoba resep baru.
4. Masakan Etnis Daerah dan Niche (Selain “Nama-nama Besar”)
Kita melihat semakin banyak kuliner etnis yang unik semakin populer—seperti masakan Ethiopia, Filipina, dan Vietnam. Dulunya, kuliner-kuliner ini hanya ditemukan di kota-kota besar, tetapi kini juga bermunculan di kota-kota kecil.
Saya mencoba makanan Ethiopia untuk pertama kalinya tahun lalu—injera (roti pipih sourdough) dan wat (semur pedas) sekarang menjadi beberapa makanan favorit saya. Senang sekali melihat masakan-masakan yang kurang dikenal ini mendapatkan perhatian yang layak.
Pemikiran Akhir: Makanan Etnis Bukan Hanya Sekadar Makanan—Ini Budaya
Pada akhirnya, pertumbuhan pasar makanan etnik bukan hanya tentang cita rasa. Melainkan tentang koneksi—dengan budaya lain, dengan keluarga, dan dengan kisah di balik makanan tersebut. Saat Anda memasak kari tradisional India, Anda tidak hanya memasak—Anda berbagi sepotong budaya India. Saat Anda menyantap taco Meksiko, Anda merayakan tradisi keluarga Meksiko.
Saya telah belajar banyak tentang berbagai budaya melalui makanan. Mencoba hidangan baru telah membuka mata saya terhadap cara hidup baru, tradisi baru, dan perspektif baru. Dan itulah keindahan makanan etnik: ia menyatukan orang-orang.
Baik Anda seorang juru masak rumahan berpengalaman maupun pemula, saya mendorong Anda untuk mencoba sesuatu yang baru. Ambil setoples gochujang, beli perlengkapan kari Thailand, atau pesan makanan dari restoran yang belum pernah Anda kunjungi. Anda mungkin akan menemukan hidangan favorit baru—dan belajar sedikit tentang dunia dalam prosesnya.
Referensi
- Penelitian Grand View. (2024). Laporan Ukuran Pasar Makanan Etnis, 2030. https://www.grandviewresearch.com/industry-analysis/ethnic-food-market
- Menuju FNB. (nd). Wawasan tentang Pasar Makanan Etnis. https://www.towardsfnb.com/insights/ethnic-food-market
- Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). (2023). Tren Global dalam Konsumsi Makanan Etnis. https://www.fao.org/3/cc0691en/cc0691en.pdf
- Statista. (2024). Masakan Etnis Populer di Amerika Serikat. https://www.statista.com/statistics/1034798/popular-ethnic-cuisines-us/
- Asosiasi Restoran Nasional. (2023). Tren Industri Restoran: Pertumbuhan Makanan Etnis. https://www.restaurant.org/research-and-data/restaurant-industry-trends
- Mintel. (2024). Pasar Makanan Etnis: Preferensi dan Perilaku Konsumen. https://www.mintel.com/market-research/ethnic-food
- FoodDive. (2023). Mengapa Makanan Etnis Menguasai Toko Kelontong. https://www.fooddive.com/news/ethnic-food-grocery-stores-trends/656785/
